“Khotbahnya tidak bagus,” kata seorang pengunjung gereja. “Tidak ada humornya.” Sebenarnya khotbah itu harus serius atau banyak humornya?
Khotbah seharusnya serius karena isinya tidaklah main-main, bukan untuk menghibur. Khotbah memiliki tujuan yang serius: mengingatkan bahaya dosa, keselamatan dan kedewasaan rohani umat. Paulus di 1 Korintus 1:21 mengatakan tentang maksud khotbah: “Oleh karena dunia, dalam hikmat Allah, tidak mengenal Allah oleh hikmatnya, maka Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil.”
Bagaimana Khotbah Bisa Serius?
Biasanya seorang pengkhotbah ingin memecahkan ketegangan atau kekakuan sebelum berkhotbah dengan humor. Dalam kehidupan sehari-hari humor bisa mendekatkan hubungan kita dengan orang lain.
Humor itu baik bila di dalamnya ada makna yang dalam dan serius. Humor yang tidak terkait tujuan khotbah membuat umat tidak serius dengan khotbah.
Beberapa poin penting saya garis bawahi dari buku John Piper, “Supremasi Allah dalam Khotbah.” Khotbah bisa serius, karena pengkhotbah sadar akan kehadiran Allah dan ia penuh hormat terhadap-Nya. Eksistensi Allah bukan sekadar pengetahuan, tetapi ia memiliki relasi yang erat dengan-Nya.
Khotbah bisa serius, karena bagi pengkhotbah sorga yang mulia dan neraka yang mengerikan adalah suatu realitas. Realitas ini membuat dia sangat peduli dengan keselamatan jiwa-jiwa dan berusaha merebutnya dari api neraka.
Khotbah bisa serius, karena pengkhotbah merasa takut dan gentar seperti Paulus, Yeremia, dan Mikha (1 Kor. 2:3, Yer. 1:8, 17b, 1 Raj. 22:14, 19-23, 26-28). Sebabnya mereka harus menegur dosa dan menyampaikan berita hukuman. Paulus menyebut para pemberita Injil bagaikan bau kematian bagi orang-orang yang akan binasa (2 Kor. 2:15-16).
Dampak Khotbah yang Serius
Keseriusan khotbah akan terasa ketika pengkhotbah menyampaikan kebenaran yang penting dengan argumen yang berbobot dan meyakinkan. Penjiwaan akan khotbahnya terasa dalam penyampaiannya. Ada kesungguhan hati dan keyakinan di dalamnya.
Khotbah Anda: serius atau banyak humor? Ingat, berkhotbah memiliki misi penyelamatan dan pendewasaan. Pengkhotbah yang tidak sungguh-sungguh dalam berkhotbah sudah mengkhianati Allah yang mengutusnya atau sebenarnya ia tidak terpanggil untuk pelayanan khotbah.
Pada zaman George Whitefield, Jonathan Edwards dan Thomas Chalmers terjadi kebangunan rohani karena mereka serius dalam berkhotbah. Umat yang datang mendengarkan khotbah mereka menangisi dosa-dosanya. Mereka bukan orator yang dramatis, bahkan Jonathan Edwards dan Thomas Chalmers membaca khotbahnya.
Pertanyaan Diskusi:
- Mengapa pengkhotbah cenderung memikirkan humor dalam penyampaian khotbahnya?
- Menurut Anda, bagaimana agar khotbah serius dan memiliki dampak menyelamatkan dan mendewasakan umat?
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.