Bimbingan sang Mentor
Beberapa waktu yang lalu mentorku mengajarkan bagaimana membuat hidup berubah, pandangan terhadap orang lain berubah. Caranya adalah dengan mensyukuri apa yang kita alami sehari-hari dan belajar dari orang-orang yang ada di sekitar kita.
Mentorku memberikan tantangan agar setiap malam, sebelum tidur, aku mencatat apa yang aku syukuri sepanjang hari itu. Aku juga harus mencatat pelajaran apa yang aku dapat dari orang-orang di sekitarku.
Penerapan pada Diri Sendiri
Benar saja. Ketika aku tetap mencatat setiap hari apa yang aku syukuri dan pelajaran apa yang aku dapat dari kebaikan orang lain, aku bertumbuh dalam banyak hal. Mataku menjadi terlatih untuk melihat kebaikan orang lain dan hatiku mencatat kebaikannya. Sesuatu yang positif terjadi dalam diriku.
Aku diperkaya dengan orang-orang yang ada di sekelilingku. Suami, anak-anak, teman-teman di kantor. Bahkan orang-orang sesama pelaju, para penumpang dalam bus pun memberkati aku. Kisah sedih mereka yang aku dengar, dan perjuangan hidup mereka menjadi pelajaran yang berharga.
Penerapan pada Anak
Suatu hari aku harus mengikuti sebuah kongres di Bali. Waktunya cukup lama, satu minggu. Itu berarti aku harus meninggalkan kedua anakku. Satu usia SMU dan satu usia SD. Mereka berpotensi konflik!
Bagaimana cara menolong mereka untuk melewati hari-hari tanpa konflik selama aku tidak di rumah? Aku coba menerapkan resep dari mentorku ini. Kedua anakku kuberi tugas yang sama, yaitu mencatat kebaikan saudaranya. Hanya kebaikan, bukan kekurangannya! Masing-masing juga harus mencatat pelajaran apa yang didapat dari saudaranya.
Memang untuk kali pertama ini aku mengiming-iming mereka dengan hadiah. Bagi yang paling banyak mencatat kebaikan saudaranya akan mendapat Rp. 50.000,00. Dengan antusias mereka menyatakan kesanggupannya.
Mencatat Kebaikan Meminimalkan Konflik
Sekembalinya aku dari Bali, kedua anakku aku panggil. Aku minta mereka menunjukkan catatan masing-masing. Si adik menuliskan dengan rapi di atas selembar kertas. Ada daftar panjang di situ. Si kakak mencatat di HPnya, daftar yang panjang juga. Masing-masing telah berusaha untuk mencatat kebaikan saudaranya, sehingga mereka tidak sempat memikirkan kekurangan saudaranya yang bisa menimbulkan konflik.
Luar biasa! Nasihat dari mentorku yang aku lakukan dan yang juga anak-anakku lakukan sudah menolong kami bertumbuh dan menghargai orang lain. Nasihat itu meminimalkan konflik dan membuat hidup lebih bergairah.
Sekali lagi anak-anakku kutantang untuk melakukan kebaikan. Karena mereka sama-sama menang dan mendapatkan hadiah uang, aku bertanya kepada mereka. “Relakah kalian memberikan kepada saudaramu setengah dari uang yang kalian dapat?” Mereka berdua dengan rela saling memberikan. Jadi mereka masing-masing mendapatkan hadiah uang dengan jumlah yang sama.
Terbukanya Wawasan Berpikir
Bimbingan dari mentorku telah membuka wawasan berpikirku. Sekali lagi bukan hal uang yang hendak aku tekankan pada kedua anakku. Aku mau menolong anak-anakku memilih hal yang prinsip dan berdampak kekal, yang Paulus ajarkan di Filipi 4: 8. Ayat tersebut berbunyi demikian, “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.”
Oleh: Eny S. Maryant
Kategori: Bimbingan yang Membuka Wawasan Berpikir Saya
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.