Tujuan saya menulis tulisan ini, selain untuk membagi kesaksian kepada orang lain, juga untuk menyampaikan kepada pemimpin saya, bagaimana beliau sampai hari ini menjadi inspirasi dalam pelayanan saya.
Ada tiga hal yang ditanamkan seorang pemimpin dalam hidup saya hingga saat ini. Berikut adalah ketiga hal tersebut:
Kesederhanaan
Pertama kali melihatnya saat saya semester VI di STT yang beliau pimpin bersama timnya. Beliau mengajar tentang church planting. Saat itu saya melihat kesederhanaanya; sepatunya paling belakang menipis, pakaiannya sederhana.
Sebagai pemimpin gereja besar di Indonesia, Ketua STT, Ketua PII, menikmati kemewahan sangatlah mungkin bagi beliau saat itu. Beliau juga pemimpin perusahaan besar sebelum menjadi hamba Tuhan. Jadi menurut saya, untuk pemimpin sebesar beliau, memakai barang-barang bermerk dan berkelas adalah hal yang lazim. Tapi hal itu tidak dilakukannya.
Caranya bicara juga menunjukkan kesederhanaannya. Tidak angkuh, tidak menganggap diri lebih hebat. Dalam kelas yang sangat singkat, beliau menanamkan kesan yang sangat dalam hingga hari ini. Seperti yang dikatakan Paulus, “cukupkanlah dirimu” (Ibrani 13:5).
Menunjukkan hidup sederhana bukan berarti miskin, tetapi mampu mengekang hawa nafsu. Mampu mengucap syukur adalah segala hal.
Mengingat Nama
Tahun 2016, saya lulus dari STT tersebut dan melayani di Ungaran, Semarang. Tiga tahun kemudian, gereja tempat saya melayani menjadi tuan rumah untuk pertemuan hamba-hamba Tuhan di seluruh Indonesia. Salah satu pembicaranya adalah beliau. Ketika melihat dan mendengarkan beliau berkhotbah, saya sangat terharu dan senang.
Saat itu saya sangat ingin bertemu atau setidaknya berjabat-tangan dengan beliau. Tapi hal itu tidak mudah mengingat banyaknya orang yang hadir. Akhirnya saya menunggu beliau di pintu keluar setelah acara selesai. Sebenarnya saya tidak pernah bicara dengan beliau. Saya juga tidak berjemaat di gerejanya. Saya hanya pernah kuliah di STT tersebut. Jadi, untuk mengingat saya sepertinya mustahil.
Pertemuan itu menjadi titik balik dalam hidup saya. Saat bersalaman, saya memperkenalkan diri dan berkata, pak saya anak STT INTI.” Jawabannya di luar dugaan. Saya berpikir beliau akan menjawab “oh gitu ya.” Tapi hari itu jawabannya: “oh ia kamukan Tiarma Sitanggang, Angkatan 13, kamu melayani dengan Pak Adi ya, melayani dengan baik ya.” Ketika mendengar itu hati saya seperti dialiri air yang sangat sejuk dan semangat muncul kembali.
Sebagai seorang pemimpin ternyata sangat penting untuk mengingat nama-nama dombanya, sebagaimana Tuhan Yesus katakan dalam Yohanes 10:3. Tidak mudah untuk hal itu, tetapi harus. Orang yang diingat namanya akan senang dan secara psikologi orang itu akan merasa dihargai.
Dispilin
Disiplin yang kuat dalam dirinya diimpartasikan kepada semua orang. Selama saya kuliah di STT, sebelum praktek lapangan, mahasiswa pada umumnya beribadah di gereja di mana beliau memimpin gereja. Saya melihat jemaat belum datang, beliau sudah ada dalam gereja mendahului jemaat. Demikian juga saat mengajar, beliau sudah menunggu di ruang kelas.
Mungkin bagi orang lain hal itu biasa. Tetapi sebagai orang awam pada masa itu, yang jarang melihat pemimpin hebat, yang bisa mendahului jam orang biasa, adalah hal yang langka.
Ucapan Terimakasih
Pertama-tama saya mengucapkan terimakasih kepada situs Mebin Online yang sudah mengadakan Kontes Menulis ini. Saya sudah lama ingin menyampaikan rasa terimakasih lewat tulisan. Dan saya bersyukur dapat melakukannya lewat Kontes Menulis ini.
Ini saatnya saya melihat di kronologi Alumni INTI. Terimakasih kepada pemimpin yang saya hormati dan yang memberi inspirasi, Bapak Bambang H Wijaya. Banyak hal yang menginspirasi saya lewat hidup beliau. Tetapi tiga hal ini adalah yang paling berkesan; kesederhanaan, mengingat nama, dan disiplin. Juga kepada Institusi INTI dan seluruh jajarannya saya mengucapkan terimakasih.
Oleh: Tiarmauli Sitanggang
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.