Apabila prinsipnya sudah beda, pasti akan banyak masalah nantinya. Keluarga dengan satu agama tentunya menganut nilai-nilai yang sama. Cara hidup yang sama. Mereka juga memiliki tujuan yang sama dan dapat berjalan beriringan untuk mencapai tujuan itu.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menghargai orang lain dari agama yang berbeda. Namun, apabila orang tersebut adalah keluarga kita, maka terdapat kecangungan yang mungkin menciptakan jarak antara anggota keluarga.
Tidak jarang kita mendengar beberapa pernikahan berakhir karena pasangan beda agama. Pada awal hubungan, calon pasutri telah sepakat untuk menjalankan agama masing-masing. Tetapi, pada akhirnya terjadilah konflik karena mereka berubah pikiran dan menginginkan pasangan mereka untuk berpindah agama.
Baca juga: Problematika Pacaran Beda Agama
Fondasi Pasangan Beda Agama
Bangunan yang kuat tentu memiliki fondasi yang kuat. Sama halnya dengan rumah tangga. Fondasi yang kuat membuat pernikahan bertahan meskipun menghadapi banyak tantangan.
Anda tidak boleh dibutakan oleh cinta. Namun, Anda dapat mempraktekkan kasih dalam pernikahan Anda. Maka carilah pasangan yang mengasihi Anda dengan tulus dan tanpa imbalan.
Firman Tuhan mengatakan: “Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya” (Efesus 5:25). Dia bahkan mengorbankan nyawa-Nya demi manusia yang sering berdosa!
Hiduplah meneladani kasih Kristus. Jika kamu sedang mempertimbangkan menikah beda agama, sebaiknya renungkan hal-hal di atas. Dan bertanya, Apakah pasangan saya mengasihi saya seperti Kristus mengasihi saya?
Dampak Pasangan Beda Agama Terhadap Anak
Perbedaan prinsip dalam pernikahan beda iman tidak hanya berdampak bagi suami dan istri saja, tetapi juga anak.
Penulis buku “Til Faith Do Us Part: How Interfaith Marriage is Transforming America” yaitu Naomi Schaefer Riley, telah melakukan survei terhadap 2.450 orang Amerika yang melakukan perkawinan beda agama.Hasilnya, seperti dirangkum dalam laman New York Times dan zenit.org, beliau mengatakan bahwa anak-anak dari orangtua berbeda agama cenderung kurang teguh dalam aktivitas keagamaan.
Anak bingung mau ikut agama ibu atau ayahnya. Ayah dan ibunya meyakini bahwa ajaran yang mereka anut adalah benar. Namun, jelas ada perbedaan.
Contohnya, menurut ibunya yang Kristen, keselamatan hanya oleh kasih karunia Allah. Dalam Alkitab tertulis: “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri” (Efesus 2:8-9). Email kami jika ada tanggapan Anda.
Sementara ayahnya yang non-Kristen mengajarkan dengan cara berbeda untuk mendapatkan keselamatan. Misalnya tergantung bagaimana usaha kita untuk mendapatkan keselamatan tersebut.
Bagaimana mungkin dua hal yang bertolak belakang sama-sama benar?
Sebab itu, carilah pasangan hidup yang satu iman. Bagi Anda yang sedang menjalin hubungan serius dengan seseorang yang tidak seiman. Pertimbangkanlah konsekuensinya. Jangan sampai cinta membuat Anda terjebak dalam pernikahan beda agama.
Pertanyaan Diskusi:
- Jelaskan menurut pendapat Anda, mengapa pasangan beda agama sulit untuk membina rumah tangga yang baik?
- Menurut pendapat Anda, apa dampak pernikahan beda agama? Misalnya si Christina beragama Kristen menikah dengan si Ali yang beragama non-Kristen.
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.