Remaja sering diperhadapkan dengan pengambilan keputusan sendiri, begitu juga halnya dengan saya. Ayah saya seorang pebisnis yang sibuk sedangkan Ibu saya bukan seorang yang peka dengan kehidupan anak-anaknya. Sebagai seorang anak saya belajar mandiri dari usia muda.
Pengalaman saya tidaklah unik. Hal ini dialami banyak orang. Saya belajar bahwa persimpangan hidup adalah momen penting yang mengarahkan hidup kita. Setiap keputusan yang kita buat ada konsekuensinya, positif maupun negatif.
Kebaikan, Apapun yang Terjadi
Mengawali perjalanan rohani dalam kehidupan, saya diberi pengertian bahwa segala yang telah terjadi tidak ada yang luput dari kuasa Tuhan atas hidup saya. Ia punya rencana.
Paulus mengatakan “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah” (Roma 8:28).
Ia yang mengawali dan Ia juga yang mengakhiri. “Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Pertama dan Yang Terkemudian, Yang Awal dan Yang Akhir“(Wahyu 22:13).
Ke Mana, Tuhan?
Baca Juga: Dipakai Tuhan, Hanya Satu yang Perlu
Ada momen-momen di mana saya bertanya apakah saya ada di jalan yang seharusnya. Menuju ke mana? Apakah saya harus putar haluan karena suatu hal? Ya atau Tidak? Sekarang atau nanti? Mengapa?
Saya belajar bahwa saya berada di jalan yang seharusnya ketika saya bersama Tuhan.
“Ke mana, Tuhan?”
“Tidak penting tujuannya.”
“Untuk apa Tuhan?”
“Engkau akan tahu nanti. Tapi mengapa engkau harus tahu semua itu? Bukankah Aku dan bersama-Ku yang terpenting?”
Tuhan: Visi Kita
Visi dan Misi merupakan hal yang sangat penting. Jika Anda seorang pemimpin organisasi, tidak jarang Anda berada dalam diskusi mengenai visi dan misi.
Puncak dan lembah merupakan momen penting melihat kembali visi dan misi yang telah dibuat sebelumnya. Saat menghadapi tantangan dan kesulitan, maupun stagnasi, kita mulai ragu banyak hal, tetapi dengan adanya visi dan misi yang sudah kita tetapkan puncak dan lembah dapat kita lewati dan terus berjalan maju untuk meraih visi dan misi tersebut.
Ibrani 12:2a berkata, “Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan.”
Remaja sering diperhadapkan dengan pengambilan keputusan sendiri, begitu juga halnya dengan saya. Ayah saya seorang pebisnis yang sibuk sedangkan Ibu saya bukan seorang yang peka dengan kehidupan anak-anaknya. Sebagai seorang anak saya belajar mandiri dari usia muda.
Pengalaman saya tidaklah unik. Hal ini dialami banyak orang. Saya belajar bahwa persimpangan hidup adalah momen penting yang mengarahkan hidup kita. Setiap keputusan yang kita buat ada konsekuensinya, positif maupun negatif.
Kebaikan, Apapun yang Terjadi
Mengawali perjalanan rohani dalam kehidupan, saya diberi pengertian bahwa segala yang telah terjadi tidak ada yang luput dari kuasa Tuhan atas hidup saya. Ia punya rencana.
Paulus mengatakan “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah” (Roma 8:28).
Ia yang mengawali dan Ia juga yang mengakhiri. “Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Pertama dan Yang Terkemudian, Yang Awal dan Yang Akhir“(Wahyu 22:13).
Ke Mana, Tuhan?
Baca Juga: Dipakai Tuhan, Hanya Satu yang Perlu
Ada momen-momen di mana saya bertanya apakah saya ada di jalan yang seharusnya. Menuju ke mana? Apakah saya harus putar haluan karena suatu hal? Ya atau Tidak? Sekarang atau nanti? Mengapa?
Saya belajar bahwa saya berada di jalan yang seharusnya ketika saya bersama Tuhan.
“Ke mana, Tuhan?”
“Tidak penting tujuannya.”
“Untuk apa Tuhan?”
“Engkau akan tahu nanti. Tapi mengapa engkau harus tahu semua itu? Bukankah Aku dan bersama-Ku yang terpenting?”
Tuhan: Visi Kita
Visi dan Misi merupakan hal yang sangat penting. Jika Anda seorang pemimpin organisasi, tidak jarang Anda berada dalam diskusi mengenai visi dan misi.
Puncak dan lembah merupakan momen penting melihat kembali visi dan misi yang telah dibuat sebelumnya. Saat menghadapi tantangan dan kesulitan, maupun stagnasi, kita mulai ragu banyak hal, tetapi dengan adanya visi dan misi yang sudah kita tetapkan puncak dan lembah dapat kita lewati dan terus berjalan maju untuk meraih visi dan misi tersebut.
Ibrani 12:2a berkata, “Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan.”
Fokus Pada-Nya, Bukan Hasil
Secara umum, tanggung jawab kita adalah untuk selalu berjalan bersama Tuhan dimanapun kita ditempatkan, apapun peranan kita.
Sebagai gembala dan pengerja, investasi KKR, khotbah dan mengajar pendalaman Alkitab, serta kunjungan ke rumah jemaat merupakan hal yang harus dilakukan.
Sebagai pemimpin, investasi waktu dan tenaga dalam pekerjaan dan pelayanan Anda dan juga dalam diri orang-orang yang Anda pimpin.
Sebagai orang tua, kesetiaan Anda membesarkan anak-anak selama bertahun-tahun dengan investasi waktu, uang, dan tenaga yang tak terkira.
Dan banyak lagi yang Anda bisa lakukan untuk tetap fokus kepada Tuhan melalui market place Anda dimanapun Tuhan tempatkan Anda, lakukanlah itu dengan penuh tanggung jawab penuh kepada Tuhan.
Kesempurnaan Datang Dari Tuhan
Baca Juga: Dari Terbit Matahari Hingga Terbenamnya
Kitab Ibrani menekankan tentang iman kepada Tuhan yang terpenting. Sekali lagi, “Ia yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman itu kepada kesempurnaan (12:2a).”
Fokus pada hasil dapat membuat kita berbangga diri saat berhasil, atau putus harapan saat gagal. Pernahkah Anda mengalaminya?
Pertanyaan Diskusi:
- Dalam bergereja atau berorganisasi, bagaimana kita dapat membuat visi dan misi yang “tertuju kepada Yesus”? Hal-hal apa saja yang Anda tetapkan sebagai tolok ukur pencapaian visi dan misi tersebut?
- Ceritakan saat Anda merasa putus harapan karena berfokus pada hasil. Apa yang membuat Anda bangkit kembali?
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.