Ada tujuh ucapan Yesus di salib. Salah satunya adalah “Eli, Eli, lama sabakhtani?” Artinya: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Banyak orang Kristen yang sulit memahami perkataan Yesus tersebut.
Sepintas ungkapan Yesus ini, memiliki kesan yang begitu mencekam. Akan tetapi apabila kita pelajari lebih dalam, maka seruan ini merupakan sebuah ungkapan pengharapan. Mengapa? Dan apakah maknanya?
Baca juga: Kemuliaan dalam Salib Kristus
Pertama, Seruan Untuk Keselamatan
Injil Matius menulis “Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eli, Eli, lama sabakhtani?” Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Matius 27:46).
Ungkapan ini diserukan oleh Yesus menjelang kematian-Nya. Yesus yang tidak berdosa menjadi orang yang paling berdosa karena Dia sedang memikul dosa umat manusia. Dia bukan seorang penjahat.
Bapa meninggalkan Yesus karena pada saat itu Dia sedang menanggung hukuman bagi segenap dosa umat manusia di atas kayu salib. Ia rela menjadi kutuk agar kita beroleh anugerah keselamatan.
Yesus mati supaya kita dapat memperoleh kehidupan yang kekal. Email kami, apabila ada tanggapan Anda.
Kedua, Seruan untuk Memperbaiki Relasi Antara Manusia dengan Allah
Ketika Yesus mengalami penganiayaan dan bahkan diludahi, Yesus tidak mengeluh. Namun, pada saat Bapa menjauhkan diri dari-Nya, Ia berseru dengan suara nyaring, “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Kata-kata ini merupakan puncak dari segala penderitaan-Nya bagi dunia yang terhilang.
Seruan doa yang nyaring itu menunjukkan penderitaan Kristus yang begitu besar. Bukan hanya penderitaan fisik dan mental, tetapi juga penderitaan spritual yang begitu mendalam.
Mattew Henry seorang teolog mengatakan “kenyataan bahwa Yesus ditinggalkan oleh Bapa-Nya merupakan hal yang paling menyedihkan dan yang paling dikeluhkan oleh-Nya di antara semua penderitaan yang dialami-Nya.”
Tuhan Yesus mengasihi kita. Dia rela memikul dosa-dosa kita supaya semua murka Allah terhadap manusia berdosa diberikan kepada-Nya. Kematian-Nya di salib memulihkan relasi antara Allah dan manusia yang telah rusak karena dosa.
Oleh sebab itu, hanya melalui Yesus Kristus kita bisa berdoa dan datang kepada Allah. Yesus telah menjadi pengantara antara Allah dan manusia. Email kami, apabila ada tanggapan Anda.
Ketiga, Seruan Bahwa Adanya Kehidupan yang Baru dalam Yesus Kristus
Manusia yang seharusnya mengalami penderitaan kekal akibat dosa. Kita semua adalah orang berdosa. Upah dosa adalah maut. Akan tetapi Yesus telah menggantikan posisi orang berdosa di hadapan Allah.
Rasul Paulus menulis “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah” (2 Krintus 5:21).
Dia mengalami penderitaan. Bapa meninggalkan Dia supaya kehidupan kita mengalami sukacita dan damai sejahtera dalam persekutuan yang kekal dengan Bapa. Jeritan Yesus di kayu salib ketika Bapa meninggalkan-Nya menjadi jeritan pengharapan dan pembelajaran terhadap kita.
Pada saat kita menghadapi pergumulan berat dan seolah-olah tidak ada jalan keluar, kita harus tetap berharap dan percaya bahwa Allah tidak meninggalkan kita sendirian. Dia adalah Imanuel. Dia selalu menyertai kita.
Pertanyaan Diskusi:
- Mengapa manusia membutuhkan penebus?
- Mengapa Yesus harus mati untuk menebus dosa kita dengan cara disalib? Mengapa Dia tidak mati dengan cara yang lain saja?
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.